BREAKING :

Jilid II ; Terpukul Mental Kaum Hawa Akibat Viralnya Penjabat Publik di Nias Barat

Tokoh Masyarakat,adat,agama dan Pemuda Audensi dikantor DPRD Nias Barat | foto : Odal Zai

Nias Barat-Jelajahsatu.Com-Kasus viralnya foto dan video mesra yang diduga pejabat publik di Nias Barat, yakni mantan Bupati Khenoki Waruwu dan Kadis Pariwisata Imelda Juwita Hia. Maka sejumlah Tokoh Masyarakat ,adat, agama,pemuda dan perempuan audensi di Gedung DPRD Nias Barat. Rabu,09 September 2024.

Melihat viralnya foto dan video yang diduga penjabat publik ini Tokoh masyarakat telah melakukan audensi jilid pertama kepada pemerintah dalam hal ini Plt, Bupati Dr. Era-Era Hia, Pada hari selasa 08 Oktober 2024.

Pada hari ini, Para tokoh tersebut kembali melaksanakan audensi jilid II kepada DPRD kabuaten Nias Barat.Viralnya foto dan video oknum ini membawa dampak yang signifikan, khususnya terhadap kaum perempuan. Skandal ini tidak hanya mengguncang dunia politik dan pemerintahan di Nias Barat, tetapi juga memukul mental kaum hawa. Perempuan, sebagai simbol moralitas dan kesopanan dalam budaya setempat, merasakan beban moral yang berat akibat kasus ini. Banyak di antara mereka merasa tersinggung dan kecewa karena insiden ini dianggap melanggar nilai-nilai kesucian dan kehormatan yang mereka junjung tinggi.

Pada kesempatan itu, Seorang tokoh perempuan An. Lahagu menyampaikan dihadapan ketua dan anggota DPRD. Atas nama perempuan di Nias Barat, Mereka merasa kasus ini memberikan contoh buruk yang dapat merusak citra perempuan di masyarakat, terutama bagi mereka yang bekerja di ranah publik. Sebagai seorang pejabat perempuan, nama Imelda Juwita Hia yang terseret dalam skandal ini telah memicu perdebatan lebih luas tentang bagaimana perempuan seharusnya menjaga martabat dan moralitas di ruang publik. Tidak sedikit yang merasa bahwa perempuan kini harus menanggung beban sosial yang lebih besar akibat tindakan oknum pejabat tersebut, Ungkapnya.

Diduga Foto mesra Mantan Bupati (KW ) dan Kadis Pariwisata ( JH )

Lanjutnya Skandal ini juga menimbulkan efek pada persepsi masyarakat terhadap perempuan yang menduduki jabatan publik. Sebagian masyarakat mulai mempertanyakan integritas perempuan dalam pemerintahan, meskipun mayoritas perempuan di Nias Barat selama ini dikenal memiliki dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas mereka. Ketidakadilan stereotip ini memperparah dampak psikologis yang dirasakan oleh kaum hawa, yang kerap menjadi sasaran penilaian negatif dalam setiap peristiwa skandal,lanjutnya.

Tambahnya, Dalam konteks sosial, kaum perempuan di Nias Barat merasa tertekan karena ekspektasi masyarakat terhadap mereka semakin tinggi. Bahkan Pada saat ini dalam benak kami merasa khawatir untuk mencari dan memberi anak kami untuk berkerja di lingkup kabupaten Nias Barat. 

Ia berharap kiata sebagai perempuan dituntut untuk selalu menjaga moralitas dan etika di setiap aspek kehidupan, baik di rumah maupun di tempat kerja. Kasus ini memperkuat stigma bahwa perempuan harus lebih berhati-hati dalam berperilaku di ruang publik, meskipun pada kenyataannya skandal tersebut melibatkan dua pihak, baik laki-laki maupun perempuan. Beban ini memicu kekecewaan mendalam di kalangan perempuan yang merasa perlakuan terhadap mereka tidak adil,Harapnya.

Demikian juga ,Tokoh Masyarat, adat ,Pemuda menuntut agar kasus dapat diselesaikan agar tidak menjadi dilema ditengah-tengah masyarakat,Bahkan menegaskan jika ini benar baiknya diberikan ditindak sesuai hukum yang berlaku,Ujarnya. (Odal Zai

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close