BREAKING :

Penguatan Garda Terdepan Nias Utara Lewat 103 Ribu Bibit Mangrove

Pemerintah Kabupaten Nias Utara bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatra Utara, Mahasiswa USU dan Konservasi Indonesia melakukan penanaman bibit mangrove di perairan Sawo Lahewa | Foto : Konservasi Indonesia

Nias Utara – Pemerintah Kabupaten Nias Utara didukung Konservasi Indonesia (KI) melakukan penanaman 3000 bibit mangrove di Pantai Wisata Mangrove Teluk Ba’a, Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara, Sumatra Utara. Jumat (26/07/2024).

Acara ini diselenggarakan sebagai perayaan Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada hari ini. Kegiatan yang melibatkan 150 peserta ini diselenggarakan atas kerja sama KI, Dinas Perikanan Kabupaten Nias Utara, Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Teluk Ba’a, serta Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (IMASPERA) Universitas Sumatra Utara. 

Bupati Nias Utara, Amizaro Waruwu, melalui Asisten Administrasi Umum, Ferizatulo Gea menyampaikan bahwa Kawasan Konservasi Perairan Sawo Lahewa dan Perairan Sekitarnya yang membentang di Kabupaten Nias Utara menyimpan potensi kelautan dan perikanan yang besar. Namun, beragam ekosistem di dalamnya, termasuk mangrove, belum optimal dikelola dan dimanfaatkan secara lestari ataupun berkelanjutan. Karenanya, dia mengajak para pihak untuk turut mengupayakan perlindungan dan pengelolaan mangrove.

“Pemulihan ekosistem mangrove ini sangat penting untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kami berkomitmen untuk mendukung setiap inisiatif yang bertujuan melindungi lingkungan kita, termasuk pada hari ini di mana kita melakukan penanaman mangrove. Saya mengajak semua pihak untuk menanam, merawat, dan menjaga mangrove. Sebab jika mangrove sehat-pendapatan masyarakat akan meningkat,” ungkap Ferizatulo.

Acara yang dihadiri oleh jajaran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, beserta masyarakat ini menandai penanaman perdana dalam upaya pemulihan 60 hektare ekosistem mangrove di Kawasan Konservasi Sawo Lahewa dan perairan sekitarnya. Upaya pemulihan ini dipimpin oleh masyarakat dengan dukungan penuh dari Konservasi Indonesia.

Sebagai yayasan nasional yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian alam, KI telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dalam beberapa program pengelolaan bentang darat dan bentang laut, termasuk di dalamnya program integrasi pengelolaan ekosistem mangrove, dan perikanan berkelanjutan yang diimplementasikan di Kabupaten Nias Utara.

Senior Vice President dan Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany, mengatakan kegiatan penanaman ini akan memberi dampak besar, mulai dari perlindungan dari bencana alam, mencegah peningkatan permukaan air laut, hingga memberi dampak pada perekonomian masyarakat.

”Ekosistem mangrove di Nias masih belum dikelola secara optimal, terlebih di KKP Sawo Lahewa dan Perairan Sekitarnya. Padahal, mangrove di wilayah ini bisa menjadi barisan terdepan yang menjaga pulau karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Selain itu, mangrove juga sudah dikenal sebagai sebagai rumah kepiting-kepiting bakau yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat jika dikelola dengan baik dan memerhatikan keberlanjutan ekosistemnya,” tutur Meizani.

Sebelumnya, pada September 2023 lalu, kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Nias Utara telah dikaji oleh Konservasi Indonesia melalui survei biofisik KKP Sawo Lahewa dan Perairan Sekitarnya. Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki mangrove dengan total 131 hektare yang di antaranya seluas 12 hektare berada di dalam KKP Sawo Lahewa dan Perairan Sekitarnya, dan 119 hektare lainnya berada di luar kawasan konservasi.

”Kami bersama dengan pemerintah kabupaten Nias dan kelompok masyarakat, beserta para mahasiswa, berharap dari langkah awal dengan penanaman sebanyak 3000 bibit mangrove ini akan memberikan perubahan besar dan selanjutnya bisa direplikasi. Terlebih mangrove sudah dikenal dengan kemampuannya dalam menyerap karbon,” imbuh Meizani.

Rehabilitasi ekosistem mangrove kali ini dilakukan dengan menggunakan mangrove jenis Rhizophora Apiculata, yang memiliki karakter mudah ditanam di area yang langsung berhadapan dengan laut, memilki ketahanan hidup di kawasan dengan salinitas yang cukup tinggi, dan dapat ditanam di kawasan dengan sedimen lumpur berpasir ataupun berbatuan.

”Total bibit mangrove yang akan kita tebar di 60ha area restorasi adalah 103ribu bibit yang terbagi atas 25,25ha di area penanaman aktif, dan 34,75ha dilakukan untuk pengayaan ekosistem mangrove eksisting. Tahapan pertama yaitu 3000 bibit akan ditebar di dua kebun seluas 6ha. Kemudian, kami akan memproduksi bibit sebanyak 25ribu bibit di Kebun Bibit Sisarahili dan 25ribu bibit di Moawo untuk ditanam di akhir tahun. Selanjutnya, kami akan kembali memproduksi bibit periode kedua di masing-masing kebun bibit dengan total 50ribu untuk ditanam di tahun depan,” papar Meizani. (rilis/red).

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close