BREAKING :

Terbantu karena Program JKN, Natanaeli Hia Pantang Menyerah Jalani Cuci Darah

Pasien hemodialisis, Natanaeli Hia | Foto: jamkesnews

Gunungsitoli - Sudah sembilan tahun lamanya Natanaeli Hia (65), warga Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat menjalani terapi cuci darah (Hemodialisis). Sebelum menjalani cuci darah, ia divonis gagal ginjal atas penyakit diabetes yang dialaminya sejak lama.

"Sudah sekitar 27 tahun saya mengidap penyakit Diabetes Melitus, sedangkan dinyatakan mengalami gagal ginjal kronis sejak sembilan tahun yang lalu," ungkapnya dalam perbincangan bersama tim Jamkesnews

Pada kesempatan tersebut, Natanaeli bercerita pengalamannya menjalani terapi cuci darah yang setidaknya ia jalani dua kali dalam seminggu ditemani sang istri. Sejak sembilan tahun terakhir hal ini sudah menjadi bagian dari rutinitasnya dalam menjalani hidup.

"Terapi cuci darah dilakukan setiap hari Senin dan Kamis di RSUD dr. M. Thomsen Nias, setidaknya kami menempuh perjalanan sekitar dua jam dari kediaman kami," tutur Pria yang merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini

"Tantangannya memang lebih di perjalanan menuju ke Rumah Sakit, karena akses jalan hanya satu-satunya dengan kondisi medan jalan tidak cukup baik, seperti kemarin misalnya, yang seharusnya menjadi jadwal cuci darah, terpaksa putar balik di perjalanan karena ada truk terjerembab melintang menghalangi jalan, sehingga cuci darahnya diundur menjadi hari ini (Selasa -red)," lanjut Natanaeli

Karakter yang dapat diteladani dari sosok Natanaeli adalah semangat dan konsistensinya untuk menjalani tetap menjalani terapi. Selain itu, semangat untuk pulih dan konsisten menghindari segala pantangan makanan atas anjuran dokter selalu teguh ia pegang.

"Saya selalu meyakini setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya. Maka usaha yang saya lakukan adalah dengan menjalani terapi secara rutin, fokus jalani hari demi hari, tidak berpikir terlalu jauh apalagi dengan kemungkinan buruk, karena sudah jelas hanya ini yang bisa saya lakukan untuk bertahan dan sembuh," jelas Natanaeli

"Saya pasti bisa, bisa sembuh. Banyak orang yang memiliki masalah yang sama namun pesimis dan selalu berpikir negatif sampai abai terhadap pantangan yang disarankan dokter. Saya selalu ikuti saran dokter, karena secara medis mereka yang lebih mengetahui kondisi tubuh saya," lanjutnya dengan semangat

Membersamai semangatnya, Ia mengakui kehadiran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sangat membantunya dalam memperoleh kepastian pelayanan kesehatan yang ia jalani saat ini. Program tersebut menanggung penuh biaya terapi cuci darah sejak awal.

"Saya sudah menjadi peserta JKN dengan kepesertaan dari tempat bekerja sebelum saya pensiun. Sangat bersyukur biaya terapi cuci darah yang saya jalani, kalau dihitung-hitung sudah ratusan kali terapi tetapi saya tidak mengeluarkan biaya sama sekali, tentu sangat terbantu sekali, karena kami hanya perlu mengeluarkan biaya akomodasi untuk perjalanan pulang pergi saja," ucap Natanaeli

Nataeli mengharapkan program JKN terus hadir dalam memberikan akses layanan kesehatan bagi semua agar manfaatnya dapat dirasakan bagi masyarakat yang membutuhkan. Tentu disertai dengan penyempurnaan pada segala aspek pendukung dalam pelaksanaan akses layanan kesehatan.

"Program JKN merupakan salah satu bukti kepedulian pemerintah dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan memperoleh kepastian terhadap akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Harapannya tentu program ini dapat berjalan lebih baik lagi, terus memberikan akses dan pelayanan terbaik bagi peserta JKN," tutup Natanaeli

Pada penyelenggaraan Program JKN, BPJS Kesehatan berupaya menghadirkan pelayanan yang bersifat komperhensif terhadap peserta JKN, yakni upaya kesehatan yang mengutamakan promosi kesehatan (Promotif), upaya kesehatan yang mencegah penyakit (Preventif), upaya kesehatan yang mengobati penyakit (Kuratif), dan upaya kesehatan yang memulihkan kesehatan (Rehabilitatif).

Satu yang tak kalah penting adalah aspek preventif. Dalam hal ini BPJS Kesehatan menghadirkan fasilitas skiring riwayat bagi peserta JKN yang sudah memasuki usia 15 tahun untuk mendeteksi dini potensi risiko penyakit Diabetes melitus, Hipertensi, Jantung koroner, Ginjal kronis. Dengan demikian peserta dapat menempuh langkah penyembuhan lebih awal.

Skrining riwayat kesehatan dapat dilakukan dengan mudah dan diakses melalui Aplikasi Mobile JKN, website BPJS Kesehatan, Chat Asisstance BPJS Kesehatan (CHIKA) ataupun Aplikasi P-Care FKTP. Skrining riwayat kesehatan ini dilakukan peserta dengan cara melakukan pengisian atas pertanyaan seputar riwayat kesehatan diri sendiri, keluarga dan pola konsumsi makanan. (rilis/ Haogo Zega).

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close